Sebagaimana motto Universitas Pendidikan Indonesia yaitu Ilmiah, Edukatif dan Religius, Satuan Pengendalian Internal UPI menggelar Kegiatan Peningkatan Keagamanaan yang diselenggarakan guna memperingati Tahun Baru Islam 1446 H pada Hari Jum’at tanggal 12 Juli 2024 di Gedung Univercity Center, Lantai 5 UPI
Narasumber pada Kegiatan Peningkatan Keagamanaan yang diselenggarakan guna memperingati Tahun Baru Islam 1446 H tersebut yaitu Ust. Usup Romli, M.Pd.
Pada kesempatan itu, narasumber menyampaikan sejarah dari Tahun Hijjriyah yang dilatar belakangi dari peristiwa Hijrahnya Rasulullah Sallallahu alaihi Wassalam bersama para sahabat dari Mekkah ke Yasrib (dikenal saat ini dengan Madinah). Selanjutnya Tahun Hijriyah digunakan hingga saat ini sebagi Tahun bagi Umat Islam. Tahun HIjriyah mulai digunakan dimasa Khalifah Umar Bin Khatab ra. malalui ide dari Sahabat Ali Bin Abi Thalib ra.
Kemudian narasumber mengatakan bahwa terdapat macam-Macam2 Hijrah menurut para ulama, yaitu sebagai berikut :
1. Hijrah fikriyah dari pemikiran (ilmu)
2. Hijrah i’tiqadiyah (keyakinan yang kaitannya dg hati)
3. Hijrah Suluqiyah (akhlaq)
4. Hijrah Su’uriyah (kesenangan/hobi)
5. Hijrah badaniah atw jasadiah (penampilan)
Selain membahas mengenai latar belakang Tahun Hijriyah yang memiliki keterkaitan dengan dengan makna Hijrah, Narasumber pun membahas mengenai macam-macam Tauhid yang diantaranya yaitu :
1. Tauhid rububiyah
2. Tauhid asmawasifat
3. Tauhid Uluhiyah
Tauhid yang kaitannya dengan ibdah kepada Allah Subhanahu Wataala, Ibadah terdapat berbagai macam menurut para ulama, yaitu:
1. Ibadah Mahdah
2. Ibadah Ghairah Mahdah
3. Ibadah Wajhaid
Adapun syarat ibadah diantaranya yaitu :
1. Ikhlas : menjadikan/menghadirkan Allah dalam segala aktivitas
2. Iitiba : tidak bertentangan dengan nilai2 syariat
Sesuai dg contoh, tidak bertentangan dengan yg dicontohkan
Mengenai ibadah, hal tersebut sebagaimana QS Az-Zariyat Ayat 56 yaitu Alla berfirman, Wama kholaqtul jinna wal insa illa liya budun yang artinya, Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.
Namun demikian Narasumber mengingatkan pentingnya urusan akhirat tanpa mengabaikan urusan kebaikan di dunia. hal ini sebagaimana Firman Allah Subhanahu Wataala yaitu dalam Qs. Al qhasas 77 yang memiliki arti :
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”
Kemudian dalam Qs. Al Ashr menjelaskan bahwa :
Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian,
Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran.