Pasar saham dunia dan harga minyak hari ini kembali ambruk, setelah kemarin sempat rebound. Penyebabnya masih dipicu oleh munculnya varian virus corona yang bernama Omicron.
Melansir CNN, Selasa (30/11/2021), pasar saham di wilayah Asia Pasifik dan Eropa turun, pasar saham berjangka AS turun 1% dan harga minyak turun sekitar 2%.
Penyebabnya karean ternyata semakin banyak negara yang melaporkan adanya varian COVID-19 yang baru itu dan memutuskan untuk melakukan pembatasan sosial.
Rasa optimistis kemarin dipatahkan dengan adanya pernyataan dari CEO Moderna Stéphane Bancel bahwa vaksin yang ada saat ini masih belum bisa dipastikan bisa melawan Omicron.
“Saya pikir ini berada pada level yang sama dengan varian Delta. Tapi saya pikir akan ada penurunan material. Saya tidak tahu berapa banyak, karena kita perlu menunggu datanya,” kata Bancel dalam sebuah wawancara dengan Financial Times.
Berdasarkan sentimen tersebut, indeks Kospi Korea Selatan (KOSPI) memimpin penurunan di kawasan dengan turun 2,4%, sementara indeks Nikkei 225 Jepang turun 1,6%. Indeks Hang Seng Hong Kong (HSI) turun 1,6%.
Sedangkan Shanghai Composite Index berakhir datar. Sebab itu ada kabar baik dari ekonomi China, karena pabrik-pabrik besarnya menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Sementara indeks saham di Eropa dibuka turun 1%.
Masih banyak yang tidak diketahui tentang varian Omicron, tetapi para ilmuwan masih meneliti guna memastikan tingkat keparahannya, penularannya, dan apakah varian itu kebal terhadap vaksin.
Bancel dari Moderna mengatakan dalam sebuah pernyataan pekan lalu bahwa mutasi pada varian Omicron mengkhawatirkan. Meski begitu dia menyatakan bahwa perusahaan tengah bergerak secepat mungkin untuk mencoba meredam varian tersebut.
Selain pasar saham, harga minyak juga ikut turun. Harga minyak dunia juga sempat jatuh pada Jumat lalu di tengah kekhawatiran bahwa varian tersebut akan merusak permintaan energi karena berkurangnya orang yang bepergian menggunakan kendaraan.
Minyak mentah Brent yang menjadi patokan global, dan West Texas Intermediate yang menjadi patokan AS, masing-masing turun sekitar 2% menjadi US$ 72 dan US$ 69 per barel.
source: detik