Pentingnya Mempelajari Total Faktor Produktivitas untuk Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Pentingnya Mempelajari Total Faktor Produktivitas untuk Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Pentingnya Mempelajari Total Faktor Produktivitas  untuk Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Produktivitas faktor total (Total Factor Produktivity) mengkuantifikasi porsi peretumbuhan ekonomi yanng tidak dijelaskan oleh peningkatan tenaga kerja dan modal ketika keduanya digunakan bersama-sama dalam proses produksi. Atau lebih dikenal sebagai residual model Solow atau produktivitas multifaktor (Multivactor Productivity).

Terdapat beberap faktor yang menjelaskan produktivitas faktor total. Salah satunya adalah kemajuan teknogi. Kemajuan teknologi membuat pekerja lebih produktif. Misalnya para pekerja dapat belajar dari internet untuk mempelajari keterampilan baru atau menemukan cara untuk melakukan pekerjaan mereka agar lebih cepat.

Selain itu, kemajuan teknologi juga bertannggung jawab atas peningkatan output bisnis secara signifikan. Dengan mesin yang lebih canggih, produsen dapat menghasilkan output yang sama tapi lebih cepat daripada sebelumya. Atau mereka juga dapat menghasilkan output yang lebih banyak menggunakan kuantitas input yang sama karena lebih efisien.

Beberapa alasan pentingnya produktivitas faktor total:

  1. Sumber pertumbuhan. Produktivitas faktor total adalah kunci untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang karena tenaga kerja dan modal memeliki tingkat pengembalian marginal yang menurun. Hal ini menjadi penting ketika rasio modal per pekerja tinggi, sebagaimana di negara maju.
  2. Kesenjangan antara negara maju dan negara berkembang. Karena rasio modal per pekerja memeilki tingkat pengembalin yang semakin menurun, efek pendalaman investasi memberi dampak lebih besaar jika rasionya rendah. Dalam hal ini, itu mewakili negara berkembang. Mereka seharusnya menikmati pertumbuhan yang tinggi, demekian juga dengan PDB per kapita mereka

Sebaliknya, negara maju dengan rasio modal per pekerja yang tinggi, mendapatkan manfaat yang lebih rendah dari pendalaman modal. Sebagai hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan PDB per kapita mereka juga rendah. Dalam jangka panjang, karena PDB per kapita negara berkembang tumbuh lebih tinggi daripada PDB per kapita negara maju, keduanya akan bertemu pada titik yang sama (konvergen atau sering disebut dengan catch up effect). Pada akhirnya, negara berkembang akan menikmati kemakmuran yang sama dengan negara maju.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) atau Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa menyebut bahwa tingkat produktivitas RI masih rendah dan bahkan menjadi isu dalam 30 tahun terakhir. Menurut Suharso, penyebab rendahnya produktivitas Indonesia dikarenakan jarangnya mahasiswa yang mempelajari Total Factor Produktivity (TFP).

Padahal total faktor produktivitas penting untuk mendorong capital dalam peretumbuhan ekonomi dan regulasi Indonesia yang masih tertinggal. Kondisi ini tidak terlepas dari destruksi teknologi dan model bisnis yang berupah. Begitu pun di industri keuangan. Permintaan sumber daya manusia (SDM) juga berubah sehingga membutuhkan peningkatan keahlian (upscalling) dari SDM untuk menghasilkan tenaga kerja terampil. Inilah alasan mengapa Indonesia masih Lower Middle Income, salah satunya karena tingkat produktivitas Indonesia yang masih rendah. Kemajuan sebuah negara ditentukan oleh tingkat kompleksitas ekonominya. Semakin tinggi kompleksitas ekonominya, maka semakin maju negara tersebut. akan tetapi, Indonesia memiliki tingkat kompleksitas ekonomi yang sangat rendah. Dan apabila dibandingkan dengan egara-negara Asia, Indonesia masih sangat rendah. Sehingga perlu ditekankan pentingnya untuk fokus pada Human Capital Index bukan pada Human Development Index.

Sumber: https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20211122143947-532-724438/bappenas-ungkap-alasan-ri-lower-middle-income-produktivitas-rendah

https://cerdasco.com/produktifitas-faktor-total/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *