Mengelola Manajemen

Mengelola Manajemen

Manajemen operasi adalah proses transformasi yang mengubah sumber daya menjadi barang dan jasa. Sistem ini mengambil input berupa manusia, teknologi, modal, peralatan, bahan, dan informasi lalu mentransformasikannya menjadi barang dan jasa.

Manajemen operasi penting bagi organisasi dan manajer karena tiga alasan yaitu meliputi jasa dan manufaktur, penting dalam mengatur produktivitas secara efektif dan efisien, dan berperan strategis dalam kesuksesan bersaing organisasi.

  1. Jasa dan manufaktur

Organisasi manufaktur memproduksi benda berwujud. Proses manajemen operasi (transformasi) pekerjaan mudah terlihat pada jenis organisasi ini karena bahan baku diubah menjadi benda berwujud yang mudah dikenali. Tapi proses transformasi tersebut tidak terlihat nyata pada organisasi jasa, karena organisasi itu memproduksi benda tidak berwujud dalam bentuk jasa. Alasan ini penting karena dalam skala besar, ekonomi global didominasi oleh penciptaan dan penjualan jasa.

  1. Mengelola produktivitas

Peningkatan produktivitas menjadi tujuan utama di setiap organisasi. Bagi negara, produktivitas tinggi menimbulkan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Karyawan menerima bayaran yang lebih tinggi, dan laba perusahaan meningkat tanpa menyebabkan inflasi. Bagi masing-masing organisasi, peningkatan produktivitas menghasilkan struktur biaya yang lebih kompetitif dan penawaran harga yang lebih bersaing. Produktivitas adalah gabungan variabel manusia dan operasi. Untuk meningkatkan produktivitas, manajer harus berfokus pada keduanya. Edwards Deming, pakar kualitas terkenal, mengatakan bahwa manajer, bukan pekerja, adalah sumber utama peningkatan produktivitas.

  1. Peran strategik manajemen operasi

Saat ini, organisasi yang sukses mengakui pentingnya peran manajemen operasi sebagai bagian dari keseluruhan strategi organisasi dalam menciptakan dan mempertahankan kepemimpinan global. Peran strategis manajemen operasi dalam kesuksesan kinerja perusahaan dapat dilihat dengan jelas karena lebih banyak organisasi yang mengelola operasi mereka dari perspektif rantai nilai.

 

Manajemen Rantai Nilai

Rantai nilai adalah keseluruhan urutan aktivitas kerja organisasi yang menambah nilai pada setiap tahapannya, dari bahan baku hingga barang jadi. Rantai nilai mencakup pemasoknya pemasok hingga pelanggannya pelanggan. Manajemen rantai nilai adalah proses mengelola urutan aktivitas dan informasi di sepanjang rantai nilai. Kebalikan dengan manajemen rantai pemasok, yang berorientasi internal dan berfokus efisiensi arus bahan (sumber daya) yang masuk ke organisasi, manajemen rantai nilai berorientasi eksternal dan berfokus pada bahan yang masuk dan pada keluarnya produk barang dan jasa. Sementara manajemen rantai pasokan berorientasi efisien (tujuannya adalah mengurangi biaya dan menjadikan organisasi lebih produktif), manajemen rantai nilai berorientasi efektivitas dan bertujuan menciptakan nilai tertinggi bagi pelanggan.

Tujuan Manajemen Rantai Nilai

Di manajemen rantai nilai, pada akhirnya pelangganlah yang memegang kuasa dalam rantai nilai. Pelanggan yang menentukan apakah nilai itu dan bagaimana nilai dibuat dan diberikan. Dengan manajemen rantai nilai, manajer berharap menemukan kombinasi unik di mana pelanggan ditawarkan solusi yang akan memecahkan masalah unik mereka dengan sangat cepat dan pada harga yang tidak tersaingi. Tujuan manajemen rantai nilai adalah menciptakan strategi rantai nilai yang memenuhi dan melebihi kebutuhan dan keinginan pelanggan dan memberikan integrasi penuh antar anggota rantai tersebut. Rantai nilai yang baik adalah rantai nilai di mana urutan pelaku bekerja bersama tim, yang masing-masing menambahkan komponen nilai seperti lebih cepat dalam perakitan, informasi yang lebih akurat, lebih baik dalam respons dan layanan kepada pelanggan, dan lainnya terhadap keseluruhan proses. Semakin baik kolaborasi antara beragam pelaku, semakin baik solusi bagi pelanggan.

Manfaat Manajemen Rantai Nilai

Sebuah survei terhadap pelaku manufaktur menyimpulkan empat manfaat utama manajemen rantai nilai yaitu meningkatkan pengadaan, logistik, pengembangan produk, dan memperkuat manajemen pesanan pelanggan.

Mengelola Operasi Menggunakan Manajemen Rantai Nilai

Mengelola operasi menggunakan rantai nilai tidaklah mudah. Pendekatan dengan memberikan apa yang diinginkan oleh pelanggan, yang berhasil di masa lalu, sepertinya tidak lagi efisien atau efektif. Lingkungan yang dinamis saat ini menginginkan solusi baru dari organisasi global.

Persyaratan Manajemen Rantai Nilai:

  1. Koordinasi dan kolaborasi

Untuk mencapai tujuan memenuhi dan melebihi kebutuhan dan keinginan pelanggan, hubungan kolaboratif harus terjadi antar pelaku rantai nilai. Setiap mitra harus mengidentifikasi hal-hal yang mungkin tidak bernilai bagi mereka, tetapi bernilai bagi konsumen. Membangun koordinasi dan kolaborasi dapat dilakukan dengan berbagi informasi, berbagi informasi membutuhkan komunikasi yang terbuka antara beragam mitra rantai nilai.

  1. Investasi pada teknologi

Keberhasilan manajemen rantai nilai tidak akan tercapai tanpa investasi signifikan pada teknologi informasi. Hasil dari investasi ini adalah teknologi informasi dapat digunakan untuk merestrukturisasi rantai nilai agar lebih baik dalam melayani pengguna akhir.

  1. Proses organisasi

Manajemen rantai nilai mengubah proses organisasi secara radikal. Proses organisasi adalah cara kerja organisasi dilakukan. Ketika manajer memutuskan untuk mengelola operasi menggunakan manajemen rantai nilai, proses lama tidak lagi sesuai. Semua proses organisasi harus dievaluasi secara kritis, dari awal hingga akhir, untuk melihat di mana nilai ditambahkan. Aktivitas yang tidak bernilai tambah harus dieliminasi.

  1. Kepemimpinan

Kesuksesan manajemen rantai nilai tidak mungkin tanpa kepemimpinan yang kuat dan berkomitmen. Dari level organisasi puncak hingga rendah, manajer harus mendukung, memfasilitasi, dan mengembangkan penerapan dan praktik tanpa henti manajemen rantai nilai.

  1. Karyawan/ sumber daya manusia

Tiga syarat utama sumber daya manusia untuk manajemen rantai nilai adalah pendekatan yang fleksibel terhadap desain pekerjaan, proses perekrutan yang efektif, dan pelatihan terus menerus.

  1. Budaya dan perilaku organisasi

Persyaratan terakhir untuk manajemen rantai nilai adalah memiliki budaya dan sikap organisasi yang mendukungnya. Budaya dan sikap tersebut meliputi saling berbagi, kolaborasi, keterbukaan, fleksibilitas, saling menghormati, dan saling percaya, tidak hanya mencakup mitra internal, namun juga mitra eksternal rantai nilai tersebut.

Rintangan Terhadap Manajemen Rantai Nilai

  1. Hambatan organisasi

Hambatan ini mencakup penolakan atau keengganan berbagi informasi, keengganan merubah keadaan status quo, dan isu keamanan.

  1. Sikap budaya

Perilaku budaya yang tidak mendukung-terutama kepercayaan dan pengendalian-dapat menjadi rintangan bagi manajemen rantai nilai. Isu terkait kepercayaan-entah tidak percaya atau terlalu-sangat penting. Agar efektif, mitra dalam rantai nilai harus saling percaya, saling menghormati, dan jujur tentang setiap aktivitas.

  1. Kemampuan yang disyaratkan

Kemampuan koordinasi dan kolaborasi, kemampuan membentukk produk untuk memuaskan pelanggan dan pemasok, dan kemampuan mengedukasi mitra internal dan eksternal tidaklah mudah. Tetapi kemampuan-kemampuan itu diperlukan untuk menangkap dan memanfaatkan rantai nilai.

  1. Manusia

Tanpa komitmen tegas orang-orang di organisasi untuk melakukan apapun yang diperlukan, manajemen rantai nilai tidak akan berhasil. Jika karyawan menolak bersifat fleksibel dalam pekerjaannya-bagaimana dan dengan siapa karyawan bekerja-kolaborasi dan kerja sama di sepanjang rantai nilai akan sulit tercapai. Selain itu, manajemen rantai nilai membutuhkan banyak waktu dan energi karyawan organisasi. Manajer harus bisa memotivasi usaha keras karyawan, di mana hal itu tidak mudah. Yang terakhir, masalah sumber daya yang utama adalah kurangnya pengalaman manajer yang dapat memimpin ide-ide manajemen rantai nilai. Manajemen rantai nilai tidak tersebar luas sehingga tidak banyak manajer yang telah sukses melakukannya. Namun, ini tidak menghalangi organisasi untuk maju dalam mencapai manfaat dari manajemen rantai nilai.

 

Sumber:  Manajemen edisi kesepuluh jilid 2. Stephen P. Robbins, Mary Coulter Penerbit Erlangga 2013

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *